
Sektor kesehatan di Indonesia dalam tiga dekade terakhir menunjukkan kemajuan yang signifikan. Hal ini ditandai dengan peningkatan angka harapan hidup, penerapan UHC (Universal health Coverage), hingga angka kematian ibu dan anak yang terlihat menurun secara bertahap. Namun Indonesia masih menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular masih menjadi masalah yang belum dapat diselesaikan, sementara penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes meningkat pesat1. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi hipertensi pada penduduk usia >= 18 tahun mencapai 30,8% dan prevalensi hipertensi pada penduduk usia >= 15 tahun mencapai 11,7%. Sedangkan prevalensi TBC sebagai salah satu penyakit menular di Indonesia mencapai 0,3% dan prevalensi diare di angka 2%².
Tabel 1. Angka Harapan Hidup Indonesia tahun 1990, 2021 dan 2050³
1990 | 2021 | 2050* | |
Perempuan | 65,4 | 72 | 78,7 |
Laki-laki | 62,7 | 67,3 | 75,5 |
Sumber: Institute for Health Metrics and Evaluation
Kondisi ini diperparah dengan tantangan terutama pada ketimpangan antarprovinsi yang semakin lebar sejak 1990 akibat distribusi sumber daya yang tidak merata dan tingkat pemanfaatan layanan kesehatan yang rendah1. Wilayah seperti Jakarta cenderung memiliki infrastruktur kesehatan yang memadai, sementara provinsi-provinsi di kawasan Indonesia Timur menghadapi keterbatasan yang membuat ketimpangan kesehatan nasional menjadi semakin besar.
Ketimpangan Kesehatan di Indonesia Timur
Indonesia timur umumnya diasosiasikan dengan pembagian lokasi berdasarkan zona waktu yaitu wilayah indonesia timur (UTC+09.00). Namun, berdasarkan kawasan ekonomi berbasis kemaritiman, kawasan indonesia timur mencakup provinsi sebelah timur Republik Indonesia yang terdiri dari 15 provinsi. Kawasan ini meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua Barat Daya⁴.
Wilayah di kawasan Indonesia Timur menghadapi tantangan yang lebih kompleks dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Kondisi geografis yang sangat beragam (kepulauan, kondisi pegunungan serta hutan lebat), kualitas layanan kesehatan serta kemiskinan struktural menjadi faktor utama pemerataan akses kesehatan di kawasan ini.
Terbatasnya Akses Ke Fasilitas Kesehatan dan Obat-obatan Esensial

Di kawasan timur Indonesia, banyak desa memiliki akses yang buruk ke rumah sakit dan pusat kesehatan primer. Misalnya, hanya sekitar 27% desa di Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua yang memiliki akses mudah ke rumah sakit dibandingkan dengan lebih dari 90% di Jawa-Bali. Hal ini diperparah oleh kekurangan obat-obatan esensial yang sering terjadi di pusat kesehatan primer di daerah-daerah tersebut. Wilayah-wilayah yang kurang terlayani ini dihuni oleh komunitas yang paling rentan secara ekonomi dan sangat bergantung pada obat-obatan gratis yang disediakan oleh fasilitas kesehatan primer⁵.
Kurangnya kualitas layanan kesehatan
Kualitas layanan kesehatan dapat dilihat dari berbagai aspek, misalnya kelengkapan fasilitas, biaya layanan, tenaga kesehatan, kenyamanan ruangan hingga kecepatan layanan. Berdasarkan penilaian rumah tangga terhadap layanan puskesmas dan jaringannya yang diakses selama satu tahun terakhir, hanya satu provinsi di kawasan Indonesia timur yang memiliki skor di atas rata-rata nasional yaitu Gorontalo. Sedangkan provinsi Sulawesi Tengah, Papua, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan belum memenuhi seluruh indikator6. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan layanan kesehatan bagi masyarakat di kawasan tersebut agar pemerataan kesehatan tak lagi berupa slogan.
Tabel 2. Penilaian Layanan Puskesmas dan Jaringannya di Indonesia Timur

Catatan: Warna hijau menunjukkan indikator di atas rata-rata nasional
Sumber: Survei Kesehatan Indonesia 2023
Tingginya Penyakit Menular
Wilayah Indonesia Timur menanggung beban berat penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis, HIV, infeksi saluran pernapasan pada bayi, dan diare⁶. Malaria masih menjadi penyakit endemik di banyak wilayah, yang memperumit upaya kesehatan masyarakat dan menghambat peningkatan status kesehatan secara keseluruhan. Penyakit ini secara langsung menyebabkan komplikasi serius hingga kematian. Secara tidak langsung, penyakit akan menghambat pembangunan ekonomi, meningkatkan pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan, dan mengganggu kualitas hidup serta produktivitas masyarakat⁶,⁷.
Tantangan Geografis
Wilayah Indonesia Timur menghadapi tantangan geografis serius yang membatasi akses layanan kesehatan. Pulau-pulau yang tersebar, jarak jauh ke fasilitas, serta infrastruktur transportasi yang minim membuat masyarakat kesulitan menjangkau puskesmas atau rumah sakit, bahkan untuk layanan dasar. Banyak penduduk harus menempuh perjalanan panjang, termasuk naik perahu, yang mengakibatkan keterlambatan pengobatan, khususnya pada kasus darurat dan ibu hamil. Meski layanan kesehatan sering kali disubsidi, biaya dan waktu perjalanan tetap menjadi hambatan besar.
Selain itu, kelangkaan tenaga medis di daerah terpencil memperburuk kondisi. Puskesmas di pulau-pulau kecil sering kekurangan dokter dan bidan, dan sulit merekrut serta mempertahankan tenaga kesehatan di lokasi-lokasi ini. Akibatnya, ketimpangan kesehatan semakin melebar, dengan tingginya angka kematian ibu, malnutrisi anak, dan kasus penyakit menular⁸,⁹.
Indonesia Timur membutuhkan kebijakan afirmatif dan investasi yang lebih besar di sektor kesehatan, mulai dari peningkatan infrastruktur, redistribusi tenaga medis, hingga pemberdayaan masyarakat lokal. Pendekatan berbasis data dan konteks lokal harus menjadi dasar dalam merancang intervensi kesehatan yang berkelanjutan dan inklusif.
Penulis:
Susilowati S.Gz
Head of Program
Cita Sehat
Referensi
- Oktaria V, Mahendradhata Y. The health status of Indonesia’s provinces: the double burden of diseases and inequality gap. Lancet Glob Health. 2022;10(11):e1547-e1548. doi:10.1016/S2214-109X(22)00405-3
- Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023 Dalam Angka. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023. Accessed August 4, 2025. https://kemkes.go.id/app_asset/file_content_download/17169067256655eae5553985.98376730.pdf
- Institute for Health Metrics and Evaluation. Indonesia | Health by Location. Healthdata.org. Published year not specified. Accessed August 4, https://www.healthdata.org/research-analysis/health-by-location/profiles/indonesia
- Indonesia Timur. Definisi Indonesia Timur. co. Published year not specified. Accessed August 5, 2025. https://indonesiatimur.co/definisi/
- Fanda RB, Probandari A, Yuniar Y, Hendarwan H, Trisnantoro L, Jongeneel N, et al. The availability of essential medicines in primary health centres in Indonesia: achievements and challenges across the archipelago. Lancet Reg Health Southeast Asia. 2024;22:100345. doi:10.1016/j.lansea.2023.100345
- Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 dalam Angka. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023. Accessed August 5, 2025. https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/SKI_2023_Dalam_Angka.pdf
- Loasana NA. Indonesia faces uphill battle to eliminate malaria in eastern regions. The Jakarta Post. Published May 1, 2024. Accessed August 5, 2025. https://www.thejakartapost.com/indonesia/2024/05/01/indonesia-faces-uphill-battle-to-eliminate-malaria-in-eastern-regions.html
- Leosari Y, Uelmen JA, Carney RM. Spatial evaluation of healthcare accessibility across archipelagic communities of Maluku Province, Indonesia. PLOS Glob Public Health. 2023;3(3):e0001600. Published 2023 Mar 9. doi:10.1371/journal.pgph.0001600
- Mangoma, Joyce and Sulistiadi, Wahyu (2024) “Island Health Crisis: Bridging Gaps in Indonesia’s Healthcare Deserts,” Journal of Indonesian Health Policy and Administration: Vol. 9: No. 2, Article 5. DOI: 10.7454/ihpa.v9i2.1005