Klinik kesehatan umumnya berada pada kategori bisnis yang profit oriented, sebuah konsep yang bertujuan untuk mencetak laba sebesar-besarnya. Namun seiring berjalannya waktu, pengelolaan klinik kesehatan mengalami perkembangan yang dinamis.

Hal ini salah satunya ditandai dengan maraknya klinik yang menyediakan pelayanan gratis bagi masyarakat kurang mampu dari lembaga-lembaga sosial di Indonesia. Klinik berkonsep charity ini bergantung pada kucuran donasi dari para dermawan untuk mempertahankan eksistensi dan kualitas pelayanan.

 

Pengelolaan Klinik dengan Konsep Social Enterprise

Cita Sehat Foundation (CSF) menerapkan pengelolaan klinik dengan konsep social enterprise (SE). Berbeda dengan bisnis yang profit oriented dan skema charity yang social oriented, SE atau perusahaan sosial adalah sebuah ide bisnis yang menggabungkan antara konsep dasar bisnis dengan kewajiban membantu lingkungan sosial. Pada konsep SE, perusahaan memaksimalkan keuntungan yang didapatkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat kurang mampu.

CSF saat ini mengelola 7 klinik di 6 kota di Indonesia dengan semangat SE yaitu 2 unit klinik di Bantul, Yogyakarta dan masing-masing 1 unit klinik di Medan, Pekanbaru, Jakarta Timur, Semarang dan Surabaya.

Di klinik pratama yang dikelola CSF, terdapat tiga kategori pasien yang dilayani yaitu :

  1. Pasien Member yaitu penerima manfaat program pemberdayaan kesehatan yang telah terdaftar dan mendapatkan intervensi program secara rutin.
  2. Pasien BPJS yaitu pasien yang telah terdaftar di BPJS dan mendaftarkan klinik CSF sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama.
  3. Pasien Umum yaitu masyarakat yang bukan merupakan pasien member dan pasien BPJS yang mengakses layanan di klinik pratama CSF dengan membayar secara mandiri.

Pasien member akan mendapatkan beberapa fasilitas dari CSF melalui layanan kesehatan di klinik di setiap kota. Fasilitas yang didapatkan oleh pasien member adalah :

  • Konsultasi dengan tenaga kesehatan dan layanan pemeriksaan dokter umum;
  • Layanan pemeriksaan kesehatan ibu dan anak yaitu empat kali pemeriksaan Ultrasonografi (USG), kontrol nifas dan prosedur KB;
  • Layanan pengantaran ambulans.

Selain mendapatkan layanan kesehatan melalui klinik, pasien member juga mendapatkan layanan preventif berupa edukasi kesehatan dan pembinaan keagamaan secara rutin.

 

Pembiayaan Klinik

Pembiayaan klinik berasal dari beberapa sumber yaitu dana dari BPJS untuk pasien BPJS dan dana dari pasien umum berbayar. Sebagai alternatif untuk pembiayaan member yang berasal dari keluarga fakir miskin, CSF mengoptimalkan keuntungan dari pasien umum dan menjalin kerja sama dengan mitra.

Mekanisme pembiayaan dari mitra untuk pasien klinik pratama dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :

  1. Skema kapitasi. Mitra dapat membayarkan sejumlah dana setiap bulan kepada CSF untuk klinik tertentu sesuai dengan jumlah member yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis pelayanan yang diakses oleh pasien. Skema ini mirip dengan kapitasi BPJS yang dituangkan dalam Pasal 1 Angka 3 Peraturan Menteri  Kesehatan  Nomor  21  Tahun  2016  yang  menyatakan  bahwa  Dana  Kapitasi adalah  besaran  pembayaran  per  bulan  yang  dibayar  di  muka  kepada  FKTP  berdasarkan  jumlah peserta  yang  terdaftar  tanpa  memperhitungkan  jenis  dan  jumlah  pelayanan  kesehatan  yang diberikan.
  2. Skema klaim. CSF dapat mengklaim pembayaran pasien member kepada mitra sesuai dengan jenis layanan kesehatan yang diakses setiap periode waktu tertentu.
  3. Mitra dapat menyerahkan dana kepada CSF sesuai dengan kesepakatan, kemudian CSF akan mengoptimalkan dana tersebut untuk mendukung pembiayaan member di klinik pratama.

 

Tantangan Pengelolaan Klinik Pratama

Sebuah survei dilakukan oleh MarkPlus pada tahun 2020 yang diikuti sebanyak 110 responden mengenai perilaku masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Survei ini mengungkap bahwa sebanyak 71,8% responden mengaku tidak pernah mengunjungi rumah sakit ataupun klinik sejak adanya Covid-19. Sebanyak 64,5% responden lebih memilih memulihkan kesehatannya secara mandiri dengan beristirahat dan konsumsi makanan sehat.

Sebagai gantinya, konsultasi kesehatan secara digital menjadi pilihan. 65,5% responden mengaku menjadi lebih sering berkonsultasi secara digital karena mudahnya konsultasi tanpa harus mengunjungi klinik ataupun rumah sakit.

Perubahan perilaku masyarakat memaksa klinik, rumah sakit dan industri kesehatan secara umum untuk beradaptasi. Klinik Pratama Cita Sehat berusaha untuk terus adaptif pada perubahan-perubahan tersebut diantaranya dengan

  1. Memberlakukan pendaftaran online menggunakan whatsapp center sehingga pasien dapat menghemat waktu tanpa perlu antre sejak pagi hari,
  2. Bermitra dengan pihak ketiga untuk menyediakan konsultasi online atau yang sering disebut telemedicine, dan
  3. Menyediakan home service kepada pasien yang dapat diakses dengan menghubungi nomor call center klinik.

 

Redaksi: Susilowati, S.Gz (Clinic Department Head – Cita Sehat Foundation)